Mengenai Saya

Foto saya
bayu adalah seorang yang sangat menyukai suatu tantangan tertentu, tapi terkadang malas, wlopun begitu saat bayu punya suatu tekad, dia akan menjalankannya dg 100% dan dg semangad membara......

Kamis, 29 Oktober 2009

TBC pada Anak

TBC pada Anak **

Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya (seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening dll).

TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun jika tidak diobati. TB bukan penyakit keturunan, tapi penyakit menular.

Sakit TB dan Infeksi TB

Harus dibedakan antara Infeksi TB dengan Sakit TB.

Jika orang (dewasa atau anak) mengalami Sakit TB akan menunjukkan gejala dan
tanda Sakit TB.

Sedangkan jika hanya terinfeksi TB tanpa sakit TB tidak akan
ada gejala dan tanda sakit TB.

Bagaimana Penularannya?

Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC. Udara yang disemburkan mengandung titik air yang tercemar bakteri tersebut. Biasanya orang tertular TB karena menghirup udara yang mengandung titik air terinfeksi ini.

Sumber penularan TBC ke anak adalah orang dewasa, karena TBC pada anak tidak menular. Penderita TBC bisa berasal dari **keluarga penderita BTA positif .( anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah), **masyarakat (30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif), atau **pembantu atau pengasuh anakPada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka.

Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Namun jika seseorang berhubungan dengan penderita TB belum pasti tertular.

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya infeksi TB.

- Faktor sumber penularan

- Lingkungan

- Faktor daya tahan tubuh

- Tingkat eratnya hubungan (kontak) ; Makin erat kontak
(dose contact) dan makin lama, makin besar risiko tertular.

- Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

GEJALA

Pada anak batuk lama / berulang dapat merupakan gejala Sakit TB, tapi bukan gejala utama. Batuk lama atau berulang merupakan salah satu gejala utama Sakit TB pada orang dewasa.

Gejala umum TBC pada anak:

  • Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
  • Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
  • Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), merupakan gejala awal, timbul pada sore dan malam hari disertai keringat dan kemudian mereda. Demam dapat berulang beberapa waktu kemudian.
  • Lemah dan Lesu (malaise). Gejala ini ditandai dengan rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan bertambah kurus atau berat badan tidak naik. Anak akan berpenampilan lesu dan kurang ceria.
  • Batuk. Batuk baru timbul bila telah terdapat gangguan di paru, awalnya dapat berupa batuk kering, lama-kelamaan dapat berupa batuk berlendir. Batuknya tetap bertahan lebih dari dua minggu walau telah mendapat pengobatan atau batuk sering berulang lebih dari tiga kali dalam tiga bulan berturut-turut.
  • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).
  • Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
  • Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.

Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Ada tahapan:

- Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit.

- Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit.

- Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek," lanjut Muljono.

o Kalau imun anak bagus, TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, tapi di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya.

Gejala spesifik

Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang, misalnya:

  • TBC kulit/skrofuloderma
  • TBC tulang dan sendi:
    • tulang punggung (spondilitis): gibbus
    • tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
    • tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
    • tulang kaki dan tangan
  • TBC otak dan saraf:
    • Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun.
  • Gejala mata:
    • conjunctivitis phlyctenularis
    • tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
  • Lain-lain

* Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
* Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
* Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
* Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.


Berdasarkan tipe infeksi:

1. Infeksi primer.

TBC paru primer (infeksi pertama dengan bakteri TBC). Pada anak yang usianya lebih dewasa, biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto rontgen dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi pembengkakan kelenjar limfe dan kemungkinan sedikit batuk.

Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak telah membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun pada beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar (biasanya antara 6 bulan hingga 2 tahun), infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru (disebut TBC progresif)

2. Infeksi progresif (TBC progresif)

Infeksi primer yang berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke seluruh paru-paru, atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini ditandai dengan demam, kehilangan berat badan, kelelahan, kehilangan selera makan, kesulitan bernafas, dan batuk.

3. Infeksi reaktivasi ( TBC reaktivasi)

Dalam hal ini infeksi primer sudah teratasi, namun bakteri TBC masih dalam keadaan tidur atau hibernasi. Ketika kondisi memungkinkan (misalnya kekebalan tubuh menurun), bakteri menjadi aktif. TBC pada anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin saja termasuk tipe ini. Gejala yang paling jelas adalah demam terus-menerus, diiringi dengan keringat pada malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat badan juga mungkin terjadi. Jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-lubang pada paru-paru, penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat darah pada produksi air liur, dahak, atau phlegm.

Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)
Klasifikasi 0 : Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC
Klasifikasi I : Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC
Klasifikasi II : Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif).
Klasifikasi III : Sedang menderita TBC
Klasifikasi IV : Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
Klasifikasi V : Dicurigai TBC

DIAGNOSIS

Diagnosis paling tepat (** pada dewasa) adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya: dahak, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis TBC **anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto röntgen dada dan uji tuberkulin.

Pada **anak, uji tuberculin:

- pemeriksaan paling bermanfaat,

- u/ menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa

- sering digunakan dalam “Screening TBC”

- efektifitas lebih dari 90%

- semakin besar usia anak maka hasil uji tuberculin semakin kurang spesifik.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis jika:

  • mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif,
  • terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari),
  • terdapat gejala umum TBC

1. Uji TBC (tes Mantoux)

Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin pada kulit (penyuntikan intra kutan) dengan menggunakan 5 unit derifatif protein termurnikan (purified protein derivative, PPD). Uji TBC dalam bentuk lain tidak dianjurkan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.

Uji tuberkulin positif bila:

1. indurasi > 10 mm (pada gizi baik),atau

2. > 5 mm pada gizi buruk.

Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Namun, uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC berat dengan anergi (malnutrisi, penyakit sangat berat, pemberian imunosupresif, dll).

Anak yang berusia di atas 4 tahun dan tanpa faktor risiko mungkin mengalami sedikit reaksi (pembengkakan sebesar 5 – 14 mm) dan tidak terinfeksi TBC.

Sedangkan anak yang memiliki kontak yang dekat dengan penderita TBC akan dianggap terinfeksi walaupun mengalami reaksi yang sangat kecil (lebih besar atau sama dengan pembengkakan 5 mm). Anak yang telah menerima imunisasi BCG juga dapat diuji Mantoux. Bahkan pada anak yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuhnya akan memperoleh hasil negatif uji tuberkulin pada kulitnya, padahal kemungkinan terinfeksi TBC.

Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

2. Foto rotgen dada

Röntgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, karenanya harus hati-hati dengan kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin jika ditemukan infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.

Gejala lain dari foto röntgen yang mencurigai TBC adalah: milier, atelektasis/kolaps konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran röntgen, harus dicurigai TBC. Foto röntgen dada sebaiknya dilakukan PA (Postero-Anterior) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.

3. Pemeriksaan mikrobiologi dan serologi

Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan waktu yang lama.

Namun cara baru untuk mendeteksi kuman TBC dengan PCR (Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum dapat dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga pemeriksaan serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.

Semua pemeriksaan penunjang tidak lebih unggul daripada uji tuberkulin , Semua
pemeriksaan ini jika positif juga hanya menunjukkan adanya Infeksi TB, tidak
bisa untuk menentukan ada tidaknya Sakit TB.


Rabu, 28 Oktober 2009

SYOK ANAFILAKTIK


Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan).

Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan.

Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.

Syok anafilaktik (shock anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran.

Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis.

Patofisiologi
Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction).

Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :

· Fase Sensitisasi

· Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag.

o Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit).

o Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.

· Fase Aktivasi

· Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang .

o Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah Preformed mediators.

o Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators.

· Fase Efektor

· Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi.

o Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.

Alergen

Terr menyebutkan beberapa golongan alergen yang dapat menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, bisa atau racun serangga dan alergen lain yang tidak bisa di golongkan.

Allergen penyebab Anafilaksis Makanan

Krustasea : Lobster, udang dan kepiting

Moluska : kerang Ikan Kacang-kacangan dan biji-bijian Buah beri Putih telur Susu

Obat Hormon : Insulin, PTH, ACTH, Vaso-presin, Relaxin

Enzim : Tripsin,Chymotripsin, Penicillinase, As-paraginase Vaksin dan Darah

Toxoid : ATS, ADS, SABU Ekstrak alergen untuk uji kulit Dextran

Antibiotika : Penicillin, Streptomisin, Cephalosporin, Tetrasiklin, Ciprofloxacin.

Agen Dx kontras : Vitamin B1, Asam folat

Agent anestesi : Lidocain, Procain,

Lain-lain : Barbiturat, Diazepam, Phenitoin, Protamine, Aminopyrine, Acetil cystein , Codein, Morfin, Asam salisilat dan HCT Bisa serangga Lebah Madu, Jaket kuning, Semut api Tawon (Wasp). Lain-lain Lateks, Karet, Glikoprotein seminal fluid

Gejala klinis

Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, gejala yang timbul juga menyeluruh.
Gejala permulaan: Sakit Kepala, Pusing, Gatal dan perasaan panas.

Sistem Organ

· Kulit :Eritema, urticaria, angoedema, conjunctivitis, pallor.

· Respirasi :Bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepatdan pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit.

· Cardiovaskular : Hipotensi, diaphoresis, kabur pandangan, sincope, aritmia dan hipoksia

· Gastrintestinal : Mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia, inkontinensia urin

· SSP : Parestesia, konvulsi dan kom Sendi Arthralgia

· Haematologi : Trombositopenia, DIC

Diagnosis
Anamnesis

Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ) Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas, pusing, mual, muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.

· Fisik diagnostik

o Keadaan umum : Baik sampai buruk

o Kesadaran : Composmentis sampai Koma

o Tensi : Hipotensi, Nadi:Tachycardi,

o Nafas : Kepala dan leher : cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema periorbita, perioral, rhinitis

o Thorax : Aritmia sampai arrest

o Pulmo : Bronkospasme, stridor, rhonki dan wheezing,

o Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat

o Ekstremitas : Urticaria, Edema ekstremitas

· Pemeriksaan Tambahan

o Hematologi : Hitung sel meningkat Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/ normal / turun.

o X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug,

o EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia, Kimia meningkat, sereum triptaase meningkat

Diagnosis banding:

- Syok bentuk lain - Keracunan obat akut

- Asma akut - Urticaria

- Edema paru dan emboli paru - Reaksi vaso-vagal

- Aritmia jantung - Kejang

Penatalaksanaan dan Management syok anafilaktik

- Hentikan obat/identifikasi obat :yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis

- Torniquet :pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau sengatan hewan
longgarkan 1-2 menitn tiap 10 menit.

- Posisi :tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock)
dengan alas keras.

- Bebaskan airway :bila obstruksi intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi

- Berikan oksigen :melalui hidung atau mulut 5-10 liter /menit bila tidak bia persiapkandari
mulut kemulut

- Pasang cathether :intra vena (infus) dengan cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,
0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring dengan Tensi dan produksi urine

- Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24 jam
Bila 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam

- Bila perlu pasang CVP

Medikamentosa I.

Adrenalin 1:1000, 0,3 –0,5 ml SC/IM lengan atas , paha, sekitar lesi pada venom, Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30 menit, Pemberian IV pada stadium terminal /pemberian dengan dosis1 ml gagal , 1:1000 dilarutkan dalam 9 ml garam faali diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit (anak 0,1 cc/kg BB)

Medikamentosa II.

Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48 jam, bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV) maximal 200mg IV

Medikamentosa III.

Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit dilanjutkan 0,2 –1,2 mg/kg/jam IV. Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg setelah 3-5 menit Monitoring

Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik
- Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign, produksi urine dan keluhan

- Darah : Gas darah

- EKG Komplikasi (Penyulit) Kematian karena edema laring , gagal nafas, syok dan cardiac
arrest. Kerusakan otak permanen karena syok dan gangguan cardiovaskuler. Urtikaria dan
angoioedema menetap sampai beberapa bulan, Myocard infark, aborsi dan gagal ginjal juga
pernah dilaporkan.

Prevensi (Pencegahan)

- Mencegah reaksi ulang

- Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan (obat,makanan,atopik)

- Lakukan skin test bila perlu

- Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi selama pemberian

- Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi

- Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik.

- Desensitisasi alergen spesifik

- Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi

- Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit

Prognosis Bila penanganan cepat, klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong

Algoritme Management Penderita Syok Anafilaktik Ringan:

- Baringkan dalam posisi syok, Alas keras

- Bebaskan jalan nafas

- Tentukan penyebab dan lokasi masuknya

- Jika masuk lewat ekstremitas, pasang tourniquet

- Injeksi Adrenalin 1:1000 – 0,25 cc (0,25mg) SC Sedang

- Monitor pernafasan dan hemodinamik

- Suplemen Oksigen

- Injeksi Adrenalin 1:1000- 0,25cc(0,25mg) IM(Sedang) atau 1:10.000 – 2,5-5cc (0,25-0,5mg) IV(Berat), Berikan sublingual atau trans trakheal bila vena kolaps

- Aminofilin 5-6mg/kgBB IV(bolus), diikuti 0,4-0,9mg/kgBB/menit perdrip (untuk bronkospasme persistent)

- Infus cairan (pedoman hematokrit dan produksi urine) Berat

- Monitor pernafasan dan hemodinamika

- Cairan, Obat Inotropik positif, Obat vasoaktif tergantung hemodinamik

- Bila perlu dan memungkin- rujuk untuk mendapat perawatan intensif RJPO § Basic dan Advanced Life Support (RJPO) ———–Arrest Nafas dan Jantung.

DaftarPustaka
- Rab, Prof.Dr. H tabrani. Pengatasan shock, EGC Jakarta 2000, 153-161

- Panduan Gawat Darurat, Jilid I, FKUI, Penerbit FKUI Jakarta 2000, 17-18

- Sunatrio, S, Penanggulangan Reaksi Syok Anafilaksis dalam Anestesiologi, Bag. Anestesiologi dan terapi intensif FKUI Jakarta 1990, 77-85

- Purwadianto, A, Sampurna, B, Kedaruratan Medik, Bina Rupa Aksara, Jakarta 2000, 56-57