Mengenai Saya

Foto saya
bayu adalah seorang yang sangat menyukai suatu tantangan tertentu, tapi terkadang malas, wlopun begitu saat bayu punya suatu tekad, dia akan menjalankannya dg 100% dan dg semangad membara......

Sabtu, 14 November 2009

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).

Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya.
Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan.
Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

Normal == Dibawah 130 mmHg == Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi == 130-139 mmHg == 85-89 mmHg

Stadium 1
(Hipertensi ringan) == 140-159 mmHg == 90-99 mmHg

Stadium 2
(Hipertensi sedang) == 160-179 mmHg == 100-109 mmHg

Stadium 3
(Hipertensi berat) == 180-209 mmHg == 110-119 mmHg

Stadium 4
(Hipertensi maligna) == 210 mmHg atau lebih == 120 mmHg atau lebih


PENGENDALIAN TEKANAN DARAH

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
- aktivitas memompa jantung berkurang
- arteri mengalami pelebaran
- banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
1. Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
- Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
- Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
- Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.


2. Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
- meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
- meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
- mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
- melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.


PENYEBAB
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronisme
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut.


GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- sakit kepala
- kelelahan
- mual
- muntah
- sesak nafas
- gelisah
- pandangan menjadi kabur
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.


DIAGNOSA
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit.
Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.

Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.
Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.

Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata) merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal.
Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.

Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.
Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk menggambarkan keadaan jantung).

Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.


Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan air kemih.
Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.

Pemeriksaan untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia muda.
Pemeriksaan ini bisa berupa rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu.

Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat kelainan ginjal sebelumnya.
Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal, yang mengalami penyempitan).
Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal.

Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin.
Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat.

Penyebab lainnya bisa ditemukan melalui pemeriksaan rutin tertentu.
Misalnya mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta.


PENGOBATAN
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
3. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
4. Berhenti merokok.


PEMBERIAN OBAT-OBATAN
1. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi.
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- kegemukan
- penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:
- penderita usia muda
- penderita yang pernah mengalami serangan jantung
- penderita dengan denyut jantung yang cepat
- angina pektoris (nyeri dada)
- sakit kepala migren.
3. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:
- orang kulit putih
- usia muda
- penderita gagal jantung
- penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
- pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
4. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda.
Sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):
- diazoxide
- nitroprusside
- nitroglycerin
- labetalol.
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.


PENGELOLAAN HIPERTENSI SEKUNDER

Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.
Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling tidak menurunkan tekanan darah.

Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut.
Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass).

Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya diangkat melalui pembedahan.


PENCEGAHAN
Perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi.

Tekanan Darah Rendah / Hipotensi

Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan.

Mempertahankan tekanan pada saat darah meninggalkan jantung dan beredar ke seluruh tubuh sangat penting. Tekanan harus cukup tinggi untuk mengantarkan oksigen dan zat makanan ke seluruh sel di tubuh dan membuang limbah yang dihasilkan.
Jika tekanan terlalu tinggi, bisa merobek pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan di dalam otak (stroke hemoragik) atau komplikasi lainnya.
Jka tekanan terlalu rendah, darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan yang cukup untuk sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan sebagaimana mestinya.


MEKANISME KOMPENSASI

Terdapat 3 faktor yang membantu menentukan tekanan darah:
1. Jumlah darah yang dipompa dari jantung
Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah.
Banyaknya darah yang dipompa mungkin berkurang jika irama jantung melambat atau kontraksinya melemah, seperti yang bisa terjadi setelah suatu serangan jantung (infark miokardium).
Denyut jantung yang sangat cepat, yang bisa mengurangi efisiensi pompa jantung, juga bisa mengurangi curah jantung.
2. Volume darah di dalam pembuluh darah
Semakin banyak darah berada di dalam sirkulasi, semakin tinggi tekanan darah.
Kehilangan darah karena dehidrasi atau perdarahan bisa mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah.
3. Kapasitas pembuluh darah.
Semakin kecil kapasitas pembuluh jantung, semakin tinggi tekanan darah.
Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah menyebabkan menurunnya tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah menyebabkan tekanan darah meningkat.

Sistem sensor, terutama yang berada di leher dan dada, memantau tekanan darah secara konstan. Jika ditemukan perubahan yang disebabkan oleh salah satu dari ketiga faktor diatas, sistem sensor akan memicu suatu perubahan pada salah satu faktor untuk mengkompensasi sehingga tekanan darah yang stabil dapat dipertahankan.

Saraf membawa sinyal dari sistem sensor tersebut dan dari pusat otak ke beberapa organ penting:
- Jantung, untuk merubah kecepatan dan kekuatan denyut jantung (merubah jumlah darah yang dipompa)
- Ginjal, untuk mengatur pengeluaran air (merubah volume darah dalam sirkulasi)
- Pembuluh darah, untuk menyebabkan konstriksi/pengkerutan atau dilatasi/pelebaran (merubah kapasitas pembuluh darah).

Oleh karena itu, jika pembuluh darah melebar (yang cenderung akan menurunkan tekanan darah), sistem sensor dengan segera mengirimkan sinyal melaui otak dan menuju ke jantung untuk meningkatkan denyut jantung, sehingga curahan darah dari jantung meningkat dan terjadi perubahan tekanan darah.

Tekanan darah rendah juga bisa merupakan akibat dari kelainan fungsi di dalam mekanisme yang mempertahankan tekanan darah.
Contohnya jika kemampuan saraf untuk menghantarkan sinyal terganggu karena berbagai penyakit, maka mekanisme kompensasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

PENYEBAB
Penyebab Tekanan Darah Rendah
Curah jantung berkurang:
- Irama jantung abnormal
- Kerusakan, hilangnya atau kelainan fungsi otot jantung
- Penyakit katup jantung
- Emboli pulmoner
Volume darah berkurang
- Perdarahan hebat
- Diare
- Keringat berlebihan
- Berkemih berlebihan
Meningkatnya kapasitas pembuluh darah
- Syok septik
- Pemaparan oleh panas
- Diare
- Obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE)

GEJALA
Penderita biasanya akan merasakan pusing atau pingsan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan tekanan darah.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
• Pemeriksaan darah
• Biakan darah
• EKG
• Analisa air kemih
• Rontgen perut
• Rontgen dada.

Pingsan

Pingsan

DEFINISI
Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang singkat.

PENYEBAB
Pingsan merupakan gejala dari tidak memadainya suplai oksigen dan zat makanan lainnya ke otak, yang biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran darah yang bersifat sementara.

Berkurangnya aliran darah ini dapat terjadi jika tubuh tidak dapat segera mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah, seperti yang terjadi pada:
• Gangguan irama jantung
Pada seseorang yang memiliki irama jantung abnormal, jantungnya tidak mampu meningkatkan curah jantung untuk mengkompensasi menurunnya tekanan darah. Ketika sedang dalam keadaan istirahat, orang tersebut akan merasakan baik-baik saja; mereka akan pingsan jika sedang melakukan aktivitas karena kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat secara tiba-tiba.
Keadaan ini disebut sinkop eksersional.

• Aktivitas fisik yang berat
Seseorang sering pingsan setelah melakukan aktivitas.
Jantung hampir tidak mampu mempertahankan tekanan darah yang adekuat selama aktivitas. Jika aktivitas dihentikan, denyut jantung mulai menurun tetapi pembuluh darah dari otot-otot tetap melebar untuk membuang hasil limbah metabolik. Berkurangnya curah jantung dan meningkatnya kapasitas pembuluh, menyebabkan tekanan darah turun dan pingsan.

• Penurunan volume darah
Volume darah akan berkurang pada:
- perdarahan
- dehidrasi akibat diare, keringat berlebihan dan berkemih berlebihan (yang sering terjadi pada diabetes yang tidak diobati dan penyakit Addison).

• Mekanisme kompensasi terhadap sinyal yang berasal dari bagian tubuh lain
Kram usus bisa mengirim sinyal ke jantung melalui saraf vagus yang akan memperlambat denyut jantung sehingga seseorang pingsan. Keadaan ini disebut sinkop vasomotor atau sinkop vasovagal.
Berbagai sinyal lainnya bisa menyebabkan pingsan jenis ini (misalnya nyeri, ketakutan, melihat darah).
• Pingsan karena batuk (sinkop batuk) / karena berkemih berlebihan (sinkop mikturisi) biasanya terjadi jika jumlah darah yang mengalir kembali ke jantung berkurang selama mengedan.
Hal ini sering terjadi pada orang tua.
• Sinkop karena menelan dapat menyertai penyakit pada kerongkongan.

Pingsan juga dapat disebabkan oleh:
- Berkurangnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Berkurangnya kadar gula darah (hipoglikemi)
- Berkurangnya kadar karbondioksida dalam darah (hipokapni) karena hiperventilasi.

Weight lifter's syncope merupakan akibat dari hiperventilasi sebelum mengangkat beban pada atlet angkat besi.
Pada orang tua, pingsan bisa merupakan bagian dari stroke ringan, dimana aliran darah ke salah satu bagian otak tiba-tiba menurun.

GEJALA
Pingsan bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Setelah terjatuh, tekanan darah akan kembali meningkat karena penderita telah berbaring dan karena penyebab pingsan telah hilang.
Berdiri terlalu cepat dapat memnyebabkan penderita kembali pingsan.

Jika penyebabnya adalah gangguan irama jantung, pingsan akan terjadi dan berakhir secara tiba-tiba.
Sesaat sebelum pingsan, kadang penderita mengalami palpitasi (jantung berdebar).

Pingsan ortostatik terjadi jika seseorang duduk atau berdiri terlalu cepat.
Parade ground syncope terjadi jika seseorang berdiri untuk waktu yang lama pada cuaca yang panas. Otot kaki tidak digunakan sehingga tidak mendorong darah ke arah jantung, karena itu darah terkumpul di pembuluh balik tungkai dan tekanan darah turun.

Sinkope vasovagal dapat terjadi ketika seseorang duduk atau berdiri, dan sering didahului oleh mual, kelemahan, menguap, penglihatan kabur dan berkeringat.
Penderita terlihat pucat, denyut nadi menjadi sangat lambat dan kemudian pingsan.

Pingsan yang dimulai secara bertahap disertai gejala pendahulu dan juga menghilang secara bertahap, menunjukkan adanya perubahan di dalam kimia darah:
- penurunan kadar gula darah (hipoglikemi)
- penurunan kadar karbondioksida darah (hipokapni) karena hiperventilasi.
Hipokapni sering didahului oleh perasaan tertusuk jarum dan rasa tidak nyaman di dada.

Pingsan histeris bukan merupakan pingsan yang sesungguhnya.
Penderita hanya berpura-pura tidak sadar tetapi tidak memiliki kelainan denyut jantung maupun tekenan darah dan tidak berkeringat serta tidak tampak pucat.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Elektrokardiogram dapat menunjukkan adanya penyakit jantung atau penyakit paru-paru.

Untuk menemukan penyebabnya, dokter bisa memasang monitor Holter pada penderita untuk merekam irama jantung selama 24 jam dan penderita melakukan kegitannya seperti biasa.
Jika irama jantung yang tidak teratur terjadi bersamaan dengan pingsan, kemungkinan penyebabnya adalah suatu kelainan jantung.

Ekokardiogram bisa menunjukkan kelainan struktur maupun kelainan fungsi jantung.

Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi) atau kekurangan sel darah merah (anemia).

Untuk mendiagnosis epilepsi, yang kadang dikelirukan dengan pingsan, dilakukan pemeriksaan elektroensefalografi.
PENGOBATAN
Biasanya berbaring mendatar merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran penderita.
Mengangkat kaki dapat mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak.
Jika penderita terlalu cepat duduk atau disangga/digendong dalam posisi duduk, dapat terjadi episode pingsan lain.

Pada orang muda yang tidak memiliki penyakit jantung, pingsan biasanya tidak serius, dan jarang diperlukan pemeriksaan diagnostik maupun pengobatan yang lebih lanjut.

Pada usia lebih tua, pingsan bisa disebabkan oleh beberapa keadaan yang berhubungan dengan terhambatnya kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam menyesuaikan fungsinya terhadap penurunan tekanan darah.
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya:
• Denyut jantung yang terlalu lambat dapat diperbaiki dengan pencangkokan alat pacu jantung, suatu alat listrik yang merangsang denyut jantung.
• Pada denyut jantung yang terlalu cepat, bisa diberikan obat untuk memperlambat denyut jantung.
• Jika denyut jantung tidak teratur, dicangkokkan suatu defibrilator untuk menyentak jantung agar kembali ke iramanya yang normal.

Penyebab lain dari pingsan (misalnya hipoglikemi, anemia atau volume darah yang rendah), dapat diobati.

Pada penderita kelainan katup jantung mungkin perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.

Gagal Jantung

Gagal Jantung

DEFINISI
Gagal Jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.

Kadang orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung.
Sebenarnya istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.


MEKANISME KOMPENSASI

Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight.
Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf.

Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stres mendadak.
Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu.

Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya denyut jantung dan bertambah kuatnya denyut jantung.

Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan.
Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan.
Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunya fungsi jantung.
2. Mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium) oleh ginjal.
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air.

Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung.
Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah.

Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat.
Hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung.

Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema).
Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi.
Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki
Jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut.

Sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam.
3. Mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi).
Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.

PENYEBAB
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan gagal jantung.
Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah.

Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung.

Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
- Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya)
- Diabetes
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
- Kegemukan (obesitas).

Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama.
Selain itu, kebocoran katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya.
Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung.

Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif.

Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban.
Pada awalnya, pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal jantung.

Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat.
Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).

Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan transparan yang menutupi jantung).
Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal.

Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan, sehingga jatnung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut dan terjadilah gagal jantung.

Penyebab gagal jantung bervariasi di seluruh dunia karena penyakit yang terjadipun tidak sama di setiap negara.
Misalnya di negara tropis sejenis parasit tertentu bisa bersemayam di otot jantung dan menyebabkan gagal jantung pada usia yang jauh lebih muda.
GEJALA
Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup.
Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala.
Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan.

Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung.
Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut.

Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat.
Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas.

Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru.
Penderita sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi.
Duduk menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah bernafas.

Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung tidur dengan posisi setengah duduk.

Pengumpulan cairan dalam paru-paru yang berat (edema pulmoner akut) merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera dan bisa berakibat fatal.
DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi.

Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:
- denyut nadi yang lemah dan cepat
- tekanan darah menurun
- bunyi jantung abnormal
- pembesaran jantung
- pembengkakan vena leher
- cairan di dalam paru-paru
- pembesaran hati
- penambahan berat badan yang cepat
- pembengkakan perut atau tungkai.

Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru.

Kinerja jantung seringkali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung).

Pemeriksaan lainnya bisa dilakukan untuk menentukan penyakit penyebab gagal jantung.
PENGOBATAN
Pengobatan dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta meningkatkan harapan hidupnya.
Pendekatannya dilakukan melalui 3 segi, yaitu mengobati penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal jantung dan mengobati gagal jantung.


MENGOBATI PENYEBAB GAGAL JANTUNG
1. Pembedahan bisa dilakukan untuk:
- memperbaiki penyempitan atau kebocoran pada katup jantung
- memperbaiki hubungan abnormal diantara ruang-ruang jantung
- memperbaiki penyumpatan arteri koroner
yang kesemuanya bisa menyebabkan gagal jantung.
2. Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
3. Kombinasi obat-obatan, pembedahan dan terapi penyinaran terhadap kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
4. Pemberian obat anti-hipertensi.


MENGHILANGKAN FAKTOR YANG MEMPERBURUK GAGAL JANTUNG

Merokok, garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan memperburuk gagal jantung.
Dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti minum alkohol atau melakukan olah raga secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan.
Untuk penderita gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan bagian penting dari pengobatan.

Penggunaan garam yang berlebihan dalam makanan sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalangi pengobatan medis.
Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang asin.
Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.

Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari.
Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan.
Penambahan berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan petunjuk dari memburuknya gagal jantung.

Karena itu penderita gagal jantung diharuskan menimbang berat badannya setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari , setelah berkemih dan sebelum sarapan.
Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah pakaian yang digunakan relatif sama dan dibuat catatan tertulis.


MENGOBATI GAGAL JANTUNG.

Pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap penyebabnya.

Gagal Jantung Kronis.

Jika pembatasan asupan garam saja tidak dapat mengurangi penimbunan cairan, bisa diberikan obat diuretik untuk menambah pembentukan air kemih dan membuang natrium dan air dari tubuh melalui ginjal.
Mengurangi cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke jantung sehingga mengurangi beban kerja jantung.
Untuk pemakaian jangka panjang, diuretik diberikan dalam bentuk sediaan per-oral (ditelan); sedangkan dalam keadaan darurat akan sangat efektif jika diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pemberian diuretik sering disertai dengan pemberian tambahan kalium, karena diuretik tertentu menyebabkan hilangnya kalium dari tubuh; atau bisa digunakan diuretik hemat kalium.

Digoxin meningkatkan kekuatan setiap denyut jantung dan memperlambat denyut jantung yang terlalu cepat.
Ketidakteraturan irama jantung (aritmia, dimana denyut jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur), bisa diatasi dengan obat atau dengan alat pacu jantung buatan.

Sering digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah (vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena atau keduanya.
Pelebar arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darah, yang selanjutnya akan mengurangi beban kerja jantung.

Pelebar vena akan melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan jantung.
Hal ini akan mengurangi penyumbatan dan mengurangi beban jantung.

Vasodilator yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (angiotensin converting enzyme inhibitor).
Obat ini tidak hanya meringankan gejala tetapi juga memperpanjang harapan hidup penderita.
ACE-inhibitor melebarkan arteri dan vena; sedangkan obat terdahulu hanya melebarkan vena saja atau arteri saja (misalnya nitroglycerin hanya melebarkan vena, hydralazine hanya melebarkan arteri).

Ruang jantung yang melebar dan kontraksinya jelek memungkinkan terbentuknya bekuan darah di dalamnya.
Bekuan ini bisa pecah dan masuk ke dalam sirkulasi kemudian menyebabkan kerusakan di organ vital lainnya, misalnya otak dan menyebabkan stroke.
Oleh karena itu diberikan obat antikoagulan untuk membantu mencegah pembentukan bekuan dalam ruang-ruang jantung.

Milrinone dan amrinone menyebabkan pelebaran arteri dan vena, dan juga meningkatkan kekuatan jantung.
Obat baru ini hanya digunakan dalam jangka pendek pada penderita yang dipantau secara ketat di rumah sakit, karena bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang berbahaya.

Pencangkokan jantung dianjurkan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pemberian obat.

Kardiomioplasti merupakan pembedahan dimana sejumlah besar otot diambil dari punggung penderita dan dibungkuskan di sekeliling jantung, kemudian dirangsang dengan alat pacu jantung buatan supaya berkontraksi secara teratur.

Gagal Jantung Akut.

Bila terjadi penimbunan cairan tiba-tiba dalam paru-paru (edema pulmoner akut), penderita gagal jantung akan mengalami sesak nafas hebat sehingga memerlukan sungkup muka oksigen dengan konsentrasi tinggi.
Diberikan diuretik dan obat-obatan (misalnya digoksin) secara intravena supaya terjadi perbaikan segera.
Nitrogliserin intravena atau sublingual (dibawah lidah) akan menyebabka pelebaran vena, sehingga mengurangi jumlah darah yang melalui paru-paru.

Jika pengobatan diatas gagal, pernafasan penderita dibantu dengan mesin ventilator.
Kadang dipasang torniket pada 3 dari keempat anggota gerak penderita untuk menahan darah sementara waktu, sehingga mengurangi volume darah yang kembali ke jantung.
Torniket ini dipasang secara bergantian pada setiap anggota gerak setiap 10-20 menit untuk menghindari cedera.

Pemberian morfin dimaksudkan untuk:
- mengurangi kecemasan yang biasanya menyertai edema pulmoner akut
- mengurangi laju pernafasan
- memperlambat denyut jantung
- mengurangi beban kerja jantung.

10 Anggapan Salah tentang Penyakit Jantung!

10 Anggapan Salah tentang Penyakit Jantung!
Oleh Dr.Handrawan Nadesul, Dokter Umum


1. Penyakit jantung hanya terjadi pada orang gemuk saja.
Tidak. Bukan hanya karena gemuk maka orang berpenyakit jantung. Dibanding orang kurus, orang gemuk memang lebih berisiko.
Namun, bukan sedikit orang kurus yang mengidap penyakit jantung. Jika sejak kecil mengidap penyakit jantung bawaan, misalnya, dan belum dioperasi, bisa saja keluhan jantung muncul. Jenis kelainan jantung bawaan kebocoran sekat bilik jantung (VSD), misalnya, biasanya semakin mengecil dengan bertambahnya usia. Selama kebocoran itu belum mengecil habis, masih tergolong mengidap penyakit jantung.
Orang kurus juga bisa saja mengidap darah tinggi, kolesterol, dan trigliserida tinggi, yang jika dibiarkan berakibat buruk pada jantung dan akhirnya berkembang menjadi penyakit jantung. Begitu juga jika orang kurus mengidap kencing manis atau memang memiliki kelainan anomali pembuluh darah besar pada jantung, seperti anomali pembuluh aorta atau ada penyakit lain yang bisa mengganggu jantung.


2. Penyakit jantung tidak bisa pada anak atau orang muda.
Bisa. Penyakit jantung sudah bisa diderita sejak anak masih di kandungan mula. Beberapa penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, campak jerman, cytomegalo virus bisa merusak organ jantung semasih anak di kandungan. Begitu juga obat-obatan tertentu yang diminum selagi hamil. Cacat jantung bawaan juga acap terjadi akibat jamu peluntur atau bahan berkhasiat lain yang belum jelas kerjanya medis.
Orang muda pun bisa kena penyakit jantung jika jantungnya terinfeksi. Infeksi bisa langsung menyerang jantung (endocarditis, myocarditis, pericarditis) atau di luar jantung yang bisa berkomplikasi ke jantung, seperti jika anak terserang infeksi difteria (di tenggorokan).
Kelainan aliran listrik otot jantung juga sering mengenai orang muda, sehingga irama dan debar jantung jadi tidak normal. Dan fungsi jantung juga bisa terganggu bila kekurangan elektrolit tertentu (kalium, misalnya) fungsi jantung bisa kacau juga, seolah sakit jantung. Demikian pula pengaruh kuat nikotin, obat tidur, obat penenang.


3. Wanita terbebas dari penyakit jantung.
Tidak. Sebelum usia menopause, wanita memang lebih kecil risiko terkena dibanding pria. Namun, setelah menopause, risiko wanita terkena penyakit jantung koroner menjadi sama besar dengan pria. Hal ini sering dilupakan, sehingga luput mendapat perhatian.
Namun, selama usia reproduktif pun wanita masih mungkin kena penyakit jantung jika kegemukan, lemak darah tinggi, mengidap darah tinggi, kencing manis, atau memiliki anomali pada pembuluh besar jantung, perokok berat, mengonsumsi obat pengurus badan golongan amfetamin atau phenfluramin,fentermine. Obat-obat golongan ini sudah ditarik dari peredaran.
Amphetamine memang bukan obat kurus, sebab dipakai dengan memanfaatkan efek sampingnya yang bikin tak suka makan, sedangkan obat pengurus (golongan Phen-fen) bisa bikin katup jantung menggelambir, sehingga fungsi jantung terganggu dan berakhir dengan payah jantung.


4. Penyakit jantung hanya satu macam.
Tidak. Sudah disebut di atas, penyakit jantung bisa bawaan, sejak lahir sudah diidap. Bisa juga sebab infeksi, dan yang paling sering penyakit jantung koroner, kalau bukan payah jantung (gagal jantung).
Infeksi pada jantung bisa oleh kuman dan virus. Paling sering infeksi pada katup jantung. Katup yang terinfeksi (SBE, Subacute Bacterial Endocarditis) menyisakan kerusakan pada katup, sehingga fungsi katup jantung menjadi tidak normal. Jika kerusakan katupnya berat dan berlangsung lama, bisa berakhir dengan gagal jantung juga.
Bukan cuma itu. Kelainan katup jantung akibat infeksi, sewaktu-waktu butiran-butiran lemak dan sisa infeksi pada katup bisa luruh dan terlepas hanyut terbawa aliran darah. Hanyutnya butiran lemak dan sisa infeksi ini yang bisa tersangkut di pembuluh darah otak, sehingga dapat berakhir dengan stroke.
Jantung koroner terjadi jika pembuluh darah koroner yang memberi makan bagi otot jantung tersumbat. Sumbatan bisa berasal dari dinding pembuluh darah koronernya sendiri yang semakin menebal oleh karat lemak (atherosclerosis), bisa juga oleh kiriman butiran lemak, bekuan darah, atau sampah darah yang berasal dari luar jantung. Emboli (terhanyutnya benda sampah dalam darah) sehabis melahirkan, sewaktu operasi sedot lemak, risiko bedah besar, patah tulang terbuka.
Jantung menjadi payah atau gagal jantung terjadi bila darah tinggi dibiarkan tinggi selama puluhan tahun. Pada darah tinggi, jantung bekerja ekstra berat. Akibat jantung harus memompakan darah lebih kuat dari normal, lama-kelamaan otot jantung menjadi semakin tebal dan jantung membengkak. Pembengkakan berlangsung terus sampai satu titik, pada saat jantung sudah tidak bisa berkompensasi untuk melar lagi. Pada saat itulah terjadi serangan gagal jantung (decompensatio cordis).


5. Jantungnya sehat, tak mungkin bisa sakit jantung.
Bisa. Kendati jantungnya tak kurang suatu apa, namun bisa terkena penyakit jantung yang berasal dari luar jantung. Jika jiwa gundah terus, rasa cemas, rasa waswas, jantung bisa mendadak berdebar tak tentu.
Rasa berat di dada, rasa ada yang mendesak di kerongkongan, jantung berdebar, disertai rasa gundah gelisah, kemungkinan yang sakit jiwanya, dan bukan jantungnya. Tanpa perlu diberi obat jantung dan cukup penenang jiwa, keluhan jantung umumnya akan mereda sendiri.
Demikian pula penyakit jantung yang berasal dari kelewat aktifnya kelenjar gondok (hyperthyroidism). Semakin tinggi hormon gondok di dalam darah, semakin kuat debar jantung akibat tensi darah meninggi. Jika tensi darah meninggi pada penyakit gondok dibiarkan, lama-kelamaan jantung bisa payah juga. Jantung lalu membengkak juga.
Komplikasi infeksi difteri pada anak-anak, pada minggu ketiga sakit, bisa menyerang jantung. Racun kuman difterianya mengganggu fungsi jantung. Namun, begitu racun dijinakkan, jantung bisa pulih kembali.
Kasus anemia (kekurangan Hb) yang berat dan dibiarkan untuk waktu lama bisa membebani jantung juga. Oleh karena kadar Hb (pengangkut oksigen) rendah, darah kurang penuh membawa oksigen, dan itu tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Supaya oksigen yang diangkut darah mencukupi kebutuhan sel, jantung perlu bekerja lebih keras. Dan oleh karena jantung bekerja lebih keras, lama-lama jantung membengkak juga (seperti akibat darah tinggi).


6. Tidak ada hubungan dengan serangan stroke.
Ada. Bukan sedikit serangan stroke penyumbatnya berasal dari jantung. Jika katup jantung melepaskan butiran bekuan darah atau sisa bekas infeksi katup, sampah dalam darah itu akan hanyut dan memasuki pembuluh darah otak, lalu menyumbat di sana.
Bisa juga sebab fungsi pemompaan jantungnya sendiri yang sudah melemah, baik tenaga maupun iramanya. Bila ini terjadi, maka aliran darah selain tidak deras, sering berpusing. Aliran berpusing dan tak deras ini yang berisiko menimbulkan serangan stroke, sebab selain aliran darah melemah, kemungkinan darah juga mengangkut hanyutan benda-benda penyumbat yang luruh akibat aliran berpusing tersebut.


7. Penyakit jantung itu turunan.
Tidak. Penyakit jantung bukan turunan. Kendati orangtua berpenyakit jantung, anak belum tentu kena penyakit jantung. Yang diturunkan kencing manis dan darah tingginya. Kencing manis dan darah tinggi, termasuk kegemukan, jika tidak dikendalikan bisa berakhir dengan jantung koroner kalau bukan payah jantung juga.


8. Penyakit jantung tidak dapat dicegah.
Dapat. Malah justru lebih mudah dan lebih murah mencegah penyakit jantung ketimbang harus menderita dan menanggung ongkos berobatnya. Kita tahu semua penyebab penyakit jantung ada yang mulai dari sejak di kandungan.
Itu maka semua ibu hamil yang berisiko punya riwayat mengidap penyakit toxoplasmosis (senang pada kucing), atau cytomegalo virus (lewat berciuman dengan yang mengidap virus tersebut), atau campak jerman (dan herpes genital), sebaiknya memeriksakan darah dulu sebelum hamil (pemeriksaan darah TORCH).
Jika ternyata ada salah satu dari TORCH yang positif dan penyakitnya masih aktif, jangan hamil dulu sampai penyakitnya sudah diterapi sehingga tidak aktif lagi.
Infeksi jantung sering berasal dari infeksi kuman tenggorokan (streptococcus beta haemolyticus). Jika kuman ini menjalar ke jantung, terjadilah infeksi jantung (SBE). Maka setiap ada serangan infeksi tenggorokan, apalagi kalau dari pemeriksaan sediaan apus lendir tenggorok terbukti positif kuman tersebut, obati sampai tuntas (biasanya sampai beberapa minggu antibiotika tanpa boleh putus). Jika tidak tuntas, berisiko akan berkomplikasi ke jantung.
Kecukupan elektrolit (waspada jika sering muntah menret, kurang makan buah dan sayur), dan trace elements buat jantung termasuk selenium, mangan, magnesium, jangan sampai kurang. Dan bila mengidap darah tinggi secepatnya dikendalikan. Begitu pula jika kencing manis, penggundah, dan jiwa gampang goyah, segera diatasi.


9.Terkena penyakit jantung sebab sering dikageti.
Bukan. Orang sering kaget atau dikageti tidak mungkin menjadi sakit jantung. Kecuali memang sudah mengidap lemah jantung, keterkejutan fisik, bahkan kerkejutan mental pun bias bikin penyakit jantung yang sebetulnya sudah terkendali, bisa kumat. Jantung yang sehat dan normal tidak bakal "copot" kendati rajin dikageti.


10. Penyakit jantung muncul sebab sering mengonsumsi menu jantung pisang.
Tidak benar. Tidak ada korelasi antara doyan makan sayur jantung pisang dengan penyakit jantung. Zaman kakek nenek dulu, gudeg atau keluban jantung pisang menu yang tergolong eco sekali. Dan buktinya orang dulu tak ada yang kena jantungan gara-gara menu hariannya sering memilih sayur jantung pisang. @

Alergi dan Stevens Johnson Syndrome

Alergi dan Stevens Johnson Syndrome
Hannah K Damar


Seorang anak sering sakit-sakitan, batuk pilek, kadang demam dan gatal-gatal pada tangan dan kaki yang hilang timbul. Hampir setiap minggu dia pergi ke dokter. Banyak dokter dia datangi. Namun, penyakit anak ini tidak kunjung sembuh sampai akhirnya dia memutuskan berobat ke luar negeri. Ternyata di sana penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Dia pun kembali ke Tanah Air. Akan tetapi, yang terjadi, anak ini kembali sakit. Akhirnya dia menyadari ada sesuatu yang tidak cocok, mungkin alergi sebagai penyebabnya. Setelah dilakukan tes ternyata debu yang berasal dari karpet dan sofa yang jarang dibersihkan yang menjadi penyebabnya. Setelah barang-barang tersebut dibersihkan dan dipindahkan, kini anak itu jarang sakit-sakitan lagi.


Contoh kasus di atas menunjukkan alergi terhadap sesuatu bisa menimbulkan penyakit yang berkepanjangan. Untungnya alergi seperti itu tidak berlebihan dan bisa diketahui sumbernya sehingga bisa dihindari. Namun, ada pula alergi yang timbul secara berlebihan dan bermanifestasi sebagai keadaan yang berpotensi fatal yang dikenal dengan Stevens Johnson Syndrome (SJS).


Istilah Stevens Johnson Syndrome akhir-akhir ini memang kerap terdengar di media massa. Meskipun nama penyakit ini sudah lama dikenal di kalangan medis, namun karena penderitanya jarang sehingga kurang diketahui masyarakat.


SJS bisa terjadi karena adanya kompleks imun di dalam tubuh. Ketika terjadi ikatan antara antigen dan antibodi yang disebut sebagai kompleks imun, kompleks imun tersebut menimbulkan reaksi pada tempat dia mengendap sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. SJS ini secara khusus melibatkan kulit dan membran mukosa atau selaput lendir.


SJS sebetulnya merupakan reaksi hipersensitivitas. Gell and Combs membagi reaksi hipersensitivitas menjadi empat kelompok:
- Pertama adalah reaksi anafilaksis, yaitu reaksi yang sangat cepat timbul dan sering fatal, biasanya reaksi ini diperantarai IgE.
- Kedua adalah reaksi sitotoksik yang menyebabkan kematian dan kerusakan sel.
- Kelompok ketiga, yakni reaksi imun kompleks. Reaksi ini terjadi jika ada alergen dari luar, misalnya, obat-obatan yang bereaksi dengan antibodi yang ada dalam tubuh. Kemudian antibodi dan alergen bersatu dan kompleks imunnya merusak organ-organ tertentu.
- Keempat, yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi alergi ini tidak segera terjadi, tetapi justru berlangsung setelah beberapa hari atau minggu. Contoh yang dapat kita jumpai adalah pemakaian kosmetik yang baru menimbulkan alergi setelah beberapa kali pemakaian. SJS diduga merupakan bagian dari reaksi kelompok tiga atau empat. Selain itu, contoh yang paling jelas juga kalau kita membuat reaksi pada kulit dengan melakukan tes mantoux. Reaksinya baru bisa dibaca tiga hari kemudian.


Penyebab SJS itu sendiri bisa dikategorikan empat kelompok, yakni obat- obatan, infeksi, keganasan seperti kanker, serta penyebab yang tidak diketahui pasti atau idiopatik. SJS bisa disebabkan oleh obat-obatan seperti antibiotika golongan penisilin, cefalosforin, dan sulfa, obat-obatan anti nyeri seperti non steroid anti inflammatory drugs (NSAIDs) allopurinol untuk asam urat, phenytoin, karbamazepin, barbiturat untuk obat anti kejang dan antilepsi. Contoh penyebab infeksi adalah virus herpes simplex (HSV), AIDS, infeksi virus coxsackie, influensa, hepatitis, mumps (gondongan), infeksi mycoplasma, lymphogranuloma venereum (LGV), infeksi ricketsia, dan variola. Infeksi bakteri, misalnya, disebabkan oleh grup A beta streptokokus, diptheria, brucellosis, mycobacteriae, mycoplasma pneumonia, tularemia, dan typhoid.


Infeksi juga bisa disebabkan oleh jamur seperti coccidiodomycosis, dermatophytosis, dan histoplasmosis. Sementara infeksi parasit seperti pada penderita malaria dan trichomoniasis. Pada anak-anak infeksi sering terjadi disebabkan oleh virus Epstein Barr dan enterovirus.


Penyebab lainnya adalah kanker seperti karsinoma dan limfoma. Kita harus ingat di satu sisi, yaitu sekitar 25 persen-50 persen penderita SJS tak jelas penyebab pastinya. Untuk orang dewasa SJS biasanya disebabkan kanker dan obat-obatan. Adapun pada anak lebih banyak karena infeksi.


Untuk pencegahannya adalah dengan cara menghindari alergen karena memang penyebab masalahnya adalah alergi. Nah, hal inilah yang sulit karena sering kali kita tak mengetahui alergi yang ada pada diri kita sendiri.


SJS biasanya mulai timbul dengan gejala-gejala seperti infeksi saluran pernapasan atas yang tidak spesifik, kadang-kadang 1-14 hari. Ada demam, susah menelan, menggigil, nyeri kepala, rasa lelah, sering kali juga muntah- muntah dan diare. Muncul kelainan kulit, seperti koreng, melepuh, sampai bernanah, serta sulit makan dan minum. Bahkan juga mengenai saluran kencing menyebabkan nyeri.


Kelainan kulit bisa dimulai dengan bercak kemerahan tersebar hingga tumbuh lenting-lenting yang berair dan membesar hingga menimbulkan koreng, terutama pada selaput lendir seperti di hidung, mulut, mata, alat kelamin, dan lain-lain. Berat ringannya manifestasi klinis SJS bervariasi pada tiap individu bisa dari yang ringan sampai berat menimbulkan gangguan pernapasan dan infeksi berat sampai mematikan.


Selain SJS, ada pula bentuk alergi lain yang dikenal dengan Toxic Epidermal Necrolysis Syndrome (TENS). Bedanya, kalau pada SJS terutama terjadi antara selaput lendir dengan kulit seperti hidung, mata, mulut serta alat-alat vital sampai anus, sedangkan TENS menyebabkan kulit melepuh, mengelupas seperti ketika kulit habis terbakar.


Penyakit SJS bisa mengenai semua umur dari anak-anak sampai orangtua, laki-laki dan perempuan, walaupun dilaporkan banyak wanita yang cenderung terkena SJS dibandingkan dengan laki-laki seperti yang diungkap dalam website SJS. Namun, kecenderungan ini tidak menyebutkan diskriminasi rasial atau diskriminasi seksual.


SJS juga bisa mengenai mata dan menimbulkan kebutaan akibat adanya peradangan pada kornea atau selaput bening mata. Jika terjadi infeksi atau inflamasi pada seluruh bola mata disebut panophthalmitis. Kasus ini terjadi pada sekitar 3 persen-10 persen pasien. SJS bisa menyebabkan perlukaan pada alat kelamin hingga menjadi jaringan parut dan menyebabkan kesulitan berkemih.


Dalam praktik sehari-hari sebaiknya dokter dan pasien saling mengingatkan apakah ada alergi terhadap obat-obatan tertentu bila akan diberikan obat- obatan. Pertanyaan singkat dari seorang dokter tentang apakah si pasien alergi terhadap sesuatu sangat penting untuk diperhatikan karena hal ini sangat menentukan obat-obatan yang bakal diberikan untuk mengurangi sakit pasien. Misalnya, bila pasien alergi dengan antalgin dokter pasti tidak akan memberikan obat yang mengandung antalgin.


Jika pasien tidak mengetahui jenis obatnya, minimal memberitahukan ke dokter penyakit yang pernah diderita dan juga gejala yang pernah dirasakan setelah minum obat tertentu. Pasien jangan ragu mengatakan kepada dokter jika memang mengalami banyak alergi, misalnya, sering bersin karena debu, suka gatal-gatal jika makan makanan tertentu. Hal ini sangat membantu dokter untuk berhati-hati memberikan obat terlebih lagi jika pasien menyadari adanya alergi dengan obat tertentu. Yang sulit adalah kalau pasien tidak pernah tahu ada riwayat alergi sebelumnya sehingga dokter sulit memprediksikan kemungkinan reaksi alergi. Reaksi seperti ini bisa saja terjadi. Biasanya dokter akan berhati-hati dengan melakukan tes kulit sebelum memberikan obat terutama suntikan antibiotika. Namun, cara ini juga masih mempunyai keterbatasan karena tidak semua obat bisa dilakaukan tes kulit mengingat berat molekul obat tersebut.


Tes kulit yang negatif tidak berarti bahwa pasien pasti 100 persen tidak akan alergi terhadap obat tersebut, karena tes dilakukan dalam waktu singkat. Saat dilakukan tes kulit tidak ada gatal, tidak ada bentol sama sekali ataupun kemerahan, tetapi ketika obat tersebut disuntikkan bisa saja masih timbul reaksi. Tes kulit positif menunjukkan pasien ini alergi sehingga dokter tidak akan memberikan obat tersebut karena ada kemungkinan besar akan timbul reaksi alergi.


Memang untuk menilai ada tidaknya alergi adalah dengan challenge test, artinya orang tersebut diberikan obat dahulu untuk mengetahui alergi atau tidak. Apabila timbul reaksi, berarti pasien tersebut mengalami alergi. Masalah kembali muncul ketika challenge test itu ternyata langsung menimbulkan reaksi yang berlebihan dan fatal. Dalam hal ini tes seperti ini tidak dilakukan.


SJS tidak hanya terjadi karena obat suntikan. Namun, bisa juga timbul karena obat yang diminum. Kasus demikian banyak terjadi dan cukup menyulitkan dokter dalam mengobati.
SJS ini bisa disembuhkan bila pasien cepat datang mencari pertolongan dan reaksi yang timbul tidak berat. Tingkat kematian juga tidak tergolong tinggi mencapai 3 persen-15 persen, tetapi jika sudah terkena SJS bisa berpotensi mematikan.


Dr Hannah K Damar, Sp KK Pengajar FK UPH dan Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin, Siloam Gleneagles Hospital Lippo Karawaci Siloam HealthCare Group

Selasa, 10 November 2009

Penggunaan obat yang rasional

Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat, serta meresepkan obat tersebut dengan dengan dosis, cara, interval serta lama pemberian yang tepat.

Darmansyah (1996) mengemukakan bahwa rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang manfaatnya jelas terlihat dapt dapat diramalkan (evidence based therapy) . Manfaat tersebut dinilai dengan menimbang semua bukti tertulis hasil uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksana.

Menimbang manfaat dan resiko tidak selalu mudah dilakukan Graham-Smith dan Aronson (1992), mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati, efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin timbul, serta efektivitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti. Semakin parah suatu penyakit, semakin berani mengambil resiko efek samping, namun bila efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari penyakitnya sendiri mungkin pengobatan tersebut perlu diurungkan. Semakin remeh suatu penyakit, semakin perlu bersikap tidak menerima efek samping.

Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang disajikan menjadi amat penting dalam masalah ini. Biasanya dalam pedoman pengobatan, pilihan obat yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan utama (drug of choice), pilihan kedua, dan seterusnya.


PENGOBATAN RASIONAL
Mengapa diperlukan pengobatan rasional ?
Pengobatan yang tidak rasional dapat menyebabkan :
• Pengobatan yang tidak aman
• Kambuhnya penyakit
• Masa sakit memanjang
• Membahayakan dan menimbulkan kekhawatiran pasien
• Membengkaknya biaya

Pengertian rasional itu sendiri menurut WHO adalah :
• sesuai dengan keperluan klinik
• dosis sesuai dengan kebutuhan pasien
• diberikan dalam jangka yang sesuai
• dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya
Dalam konteks biomedis, P.O.R mempunyai kriteria :
• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi
• Tepat pemilihan obat (khasiat, keamanan, mutu, biaya)
• Tepat dosis, cara dan lama pemberian
• Tepat penilaian terhadap kondisi pasien
• Tepat peracikan dan pemberian informasi
• Kepatuhan pasien
• Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut
• Penggunaan obat yang rasional memberi perhatian penting kepada pemberian antibiotika, ada tidaknya poli-farmasi serta pemberian injeksi.
Contoh penggunaan obat yang tidak rasional dan harus dihindarkan antara lain
• Penggunaan obat dimana terapi obat tidak diindikasikan, misal antibiotika untuk ISPA ringan, diare
• Pemilihan obat yang salah untuk indikasi tertentu, misal tetrasiklin untuk infeksi streptokokus faringitis anak
• Penggunaan obat dengan indikasi meragukan dan status keamanan yang tidak jelas
• Cara pemberian yang salah
• Penggunaan obat mahal walaupun alternatif obat yang aman, efektif dan lebih murah tersedia.

Secara umum dan dalam konteks yang lebih luas penggunaan obat yang tidak rasional dapat memberi dampak ; terjadinya pemborosan biaya dan anggaran masyarakat, resiko efek samping dan resistensi, ketersediaan obat kurang terjamin, mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk, memberikan persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat.


LANGKAH-LANGKAH MENERAPKAN PENGGUNAAN OBAT SECARA RASIONAL

WHO action programme on essential drugs (1994), mengemukakan bahwa untuk menetapkan penggunaan obat secara rasional perlu dilalui serangkaian langkah yaitu :
1. menentukan masalah pasien
2. menetapkan tujuan pengobatan
3. memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti efektivitas dan keamanannya
4. membuat resep
5. memberi informasi, instruksi, hal-hal yang perlu diwaspadai
6. melakukan monitoring


ad.1. Menentukan masalah pasien atau melakukan diagnosis.
Merupakan dasar dari tindakan pengobatan rasional. Diagnosis dibuat atas dasar fakta yang ditemukan dari suatu urutan yang logis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan.
Menurut Darmansyah (1996), dalam praktek sehari-hari sering diagnosis sudah dibuat sebelum semua fakta terkumpul, malah sering pula tidak dapat dibuat atau baru dibuat setelah beberapa waktu bila gejala penyakit berkembang. Dalam proses membuat diagnosis ini terletak kesulitan pertama yang mengakibatkan pengobatan lebih ditentukan oleh kebiasaan daripada deduksi ilmiah rasional. Bila diagnosis belum dapat ditentukan sering dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosis atau differensial diagnosis yang kemudian diobati, sehingga pengobatan diberikan secara polifarmasi untuk menutupi berbagai kemungkinan tersebut. Selain itu seringkali diagnosis sulit dibuat karena pasien tidak mampu membayar pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

ad.2. Menetapkan tujuan pengobatan
Sebelum memilih pengobatan harus lebih dahulu ditetapkan tujuan terapi. Apa sebetulnya yang ingin dicapai. Menguraikan tujuan pengobatan merupakan cara yang baik untuk menyusun pola berpikir, melakukan konsentrasi untuk problem sesungguhnya, meminimalkan kemungkinan pengobatan yang perlu dilakukan sehingga pilihan akhir lebih mudah ditentukan. Menguraikan tujuan pengobatan mencegah penggunaan obat yang tidak perlu.

ad.3. Memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih
Setelah menetapkan tujuan pengobatan, jika memang dibutuhkan obat untuk mengatasi masalah, perlu diperiksa apakah obat yang dipilih sesuai dengan kondisi pasien. Obat yang dipilih selain harus memenuhi kriteria efektif,aman, nyaman dan terjangkau, perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Langkah pertama melihat pedoman pengobatan yang tersedia, apakah bahan aktif, bentuk sediaan, dosis, cara pemberian dan lama pemberian telah sesuai untuk pasien. Untuk tiap-tiap aspek yang ditelaah, harus dipertimbangkan masalahefektivitas dan keamanannya. Meneliti efektivitas mencakup penelaahan indikasi apakah pengobatan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta kenyamanan bentuk sediaan. Keamanan berkaitan dengan kontra indikasi dan kemungkinan interaksi serta kewaspadaan pada pasien dengan resiko tinggi. Kemampuan melakukan telaahan mengenai masalah tersebut perlu dilihat dari hasil uji klinik yang bermutu. Kajian ini sulit dilakukan, karena itu perlu disediakan informasi yang berisi telaahan efektivitas berbagai obat denan indikasi serupa, beserta kajian keamanannya, juga informasi mengenai biayanya.
Pedoman pengobatan yang tersedia juga terbatas, sebagian besar berisi pedoman tata laksana diagnosis dan tindakan medik yang perlu dilakukan, tetapi tidak mengenai pemilihan dan penggunaan obat.


ad.4 Membuat resep
Resep adalah instruksi dari peresep untuk pemberi obat (dispenser). Setiap negara mempunyai peraturan mengenai standar pembuatan resep. Secara umum resep harus jelas, dapat dibaca dan mencantumkan secara tepat apa yang harus diberikan. Resep seharusnya ditulis dengan nama generik, namun informasi mengenai obat generik hampir-hampir tidak tidak ada yang sampai pada peresep. Selain itu, seringkali juga peresep meragukan mutu obat enerik ini.

a.d.5 Memberi informasi,instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai
Dikatakan 50% pasien tidak menggunakan obat secara benar, tidak teratur, atau tidak menggunakan sama sekali. Penyebab yang paling sering adalah timbulnya efek samping, pasien tidak merasakan manfaat obat, atau cara penggunaan yang rumit terutama bagi orang tua. Untuk meningkatkan ketaatan pasien, perlu dilakukan pemilihan obat dengan benar, membina hubungan baik dokter-pasien serta menyediakan waku untuk memberi informasi/instruksi/peringatan. Pemberian informasi ini masih jauh dari harapan karena dianggap memakan waktu.

a.d.6 Melakukan monitoring
Dengan monitoring dapat ditentukan apakah pengobatan memberi hasil seperti yang diharapkan. Atau perlu dilakukan tindak lanjut. Bila penyakit telah sembuh obat perlu dihentikan, bila penyakit belum sembuh tetapi terapi efektif tanpa efek samping pengobatan dapat dilanjutkan, bila timbul efek samping perlu ditelaah kembali obat yang diberikan. Bila terapi tidak efektif perlu dipertimbangkan kembali diagnosis yang telah dibuat, obat yang dipilih, apakah dosis dan cara penggunaannya telah sesuai, dan apakah cara monitoring telah tepat.


UPAYA IMPLEMENTASI PENGOBATAN RASIONAL
Menurut Nierenberg dan Melmon (2000), dunia kedokteran belum sepenuhnya menerima tantangan untuk memperbaiki penggunaan obat karena sebagian besar pasien ternyata memperlihatkan perbaikan, sebagian besar obat mempunyai batas keamanan (margin of safety) yang luas, banyak penyakit yang bersifat self limiting dan masalah yang timbul karena penggunaan obat seringkali dapat ditimpakan pada penyakit yang diobatinya.






Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerasionalan pengunaan obat yaitu :
1. Upaya regulasi
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan berperan dalam pengaturan yang dapat mendukung penggunaan obat yang rasional
2. Upaya pendidikan
Pengajaran penggunaan obat rasional dalam kurikulum Fak.Kedokteran. Bagi para dokter dapat diberikan post service training melalui berbagai program pelatihan dan penyegaran mengenai penggunaan obat rasional. Pendidikan dan pelatihan juga diberikan bagi petugas pelayanan kesehatan lain serta masyarakat.
3. Upaya manajerial
Dalam upaya ini termasuk pembentukan Komisi farmasi dan Terapi (KFT) di RS, Penetapan daftar Obat Essensial, penyusunan pedoman pengobatan.



Upaya diatas dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pendidikan dan pelatihan P.O.R
Pelatihan/pengajaran farmakologi klinik yang tidak adekuat menghasilkan praktek peresepan yang tidak rasional. Karenanya pendidikan dan pelatihan P.O.R perlu dilakukan.

2. Pendidikan Berkelanjutan dan supervisi
Pendidikan berkelanjutan, supervisi dan telaah kritis mengenai peresepan dapat mendukung pengobatan rasional. Sangat sedikit kesempatan untuk penelaahan rutin kebiasaan peresepan dan sedikit kesempatan untuk mempelajari obat baru dari sumber yang tidak bias. Kegiatan penelitian dan pengembangan menyebabkan pengetahuan juga bertambah baik mengenai pengobatan yang telah ada maupun pengenalan pengobatan yang sama sekali baru. Untuk menjamin bahwa pengetahuan ini dapat memberi manfaat bagi pasien, perlu dilaksanakan program pendidikan berkelanjutan.

3. Pengaturan promosi industri obat
Aktivitas promosi yang dilakukan oleh pabrik obat mengenai produk-produk khusus menghasilkan peresepan yang tidak rasional dan mahal.
Pengobatan rasional menghadapi problem besar karena informasi yang tidak seimbang, bias dan tidak etis yang disampaikan oleh pabrik obat. Diamati pula bahwa ada insentif yang besar bagi dokter yang dimasukkan dalam biaya promosi untuk menjamin loyalitas. Menurut laporan CIC (1991), sejumlah industri farmasi membuat kontrak dengan para dokter untuk selalu menggunakan produk mereka dalam peresepannya. Direkomendasikan untuk memberikan informasi obyektif sesuai kebutuhan yang diikuti dengan sistem untuk melakukan auditnya. Tidak adanya kontrol terhadap bahan promosi yang diberikan langsung kepada dokter dan imbalan yang rendah yang diterimadokter pemerintah, mengakibatkan pengaruh insentif yang menarik dari industri lebih berpengaruh ketimbang kebutuhan rasional pasien

4. Penyusunan dan revisi berkala pedoman pengobatan
Umumnya pedoman yang tersedia lebih pada pedoman tata laksana diagnosis dan tindakan medik. Bila ada pedoman, seringkali sudah kedaluarsa. Seharusnya pedoman pengobatan berisi terapi yang paling efektif, aman,dengan biaya yang paling menguntungkan, dan disusun secara nasional dengan konsensus dari berbagai kelompok profesi multi disiplin.

5. Drug surveillance
Perlu dilakukan drug surveillance untuk memberikan data pendukung pengobatan asional serta menimbulkan keyakinan pada peresep, apalagi bila mereka dilibatkan secara langsung.

6. Informasi obat
Informasi yang obyektif, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang terpercaya berdasarkan uji klinik yang memenuhi standar. Perlu dibuat terbitan berkala/buletin yang berisi antara lain informasi obat generik, mutu obat generik, telaahan efektivitas dan keamanan berbagai obat untuk indikasi yang sama, dan telaahan harga obat untuk terapi yang serupa. Informasi harus meningkatkan kesadaran mengenai biaya pengobatan. Profesi dapat memprakarsai penerbitan informasi ini bersama pihak terkait.

7. Monitoring dan evaluasi
Evaluasi disertai umpan balik yang dilaksanakan secara berkesinambungan memberi dampak positif terhadap pengobatan rasional. Penerapan konsep obat esensial dan obat generik di fasilitas kesehatan publik perlu diperkuat melalui monitoring dan evaluasi penggunaan obat serta pengendalian suplai obat. Monitoring dan evaluasi dapat meningkatkan ketaatan pada berbagai ketentuan dan pedoman yang berlaku

8. Pemberdayaan KFT
KFT atau komisi sejenisnya perlu dibentuk dan diupayakan agar dapat melaksanakan fungsinya dalam mencermati penggunaan obat dan kerasionalan pengobatan

9. Ketersediaan sumber daya
Untuk upaya seperti informasi obat, drug surveillance, pemasaran obat generik yang mendukung peresepan obat rasional, perlu didukung ketersediaan sumber dana.

Drug transport

Drug transport

1. Passive diffusion
• Merupakan proses terbesar dari tranport obat.
• Energi penggerak adalah perbedaan konsentrasi pd dua sisi membran
• Molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah

2. Active transport
• Merupakan proses transmembran yg diperantai oleh pembawa
• Berperan penting dlm sekresi ginjal dan bilier dari berbagai obat dan metabolit
• Obat bergerak dari tempat dg konsentrasi rendah ke tempat dg konsentrasi yg lebih tinggi
• Proses transport memerlukan sistem yg memerlukan energi
• Proses juga memerlukan pembawa dan melepaskan obat di sisi lain dari membran

3. Facilitated diffusion
• Merupakan sistem transport yg diperantai pembawa
• Berbeda dg transport aktif, sistem bergerak dari konsentrasi yg tinggi ke daerah dg konsentrasi rendah shg tidak perlu energi
• Sistem dapat mengalami kejenuhan dan bersifat struktur selektif yg bisa terjadi kompetisi

4. Endocytosis
• Vesicular transport, phagocytosis, pinocytosis
• Merupakan proses pencaplokan molekul besar oleh membran sel atau lysosome

5. Receptor-mediated endocytosis
• Obat membentuk kompleks obat-reseptor dan bergerak secara lateral membentuk agregat dg kompleks yg lain
• Kompleks matang dalam endosom dan dibawa ke berbagai tujuan i.e kompleks golgi, nekleus, lisosom/membran sel lain
• Obat harus mempunyai afinitas dg reseptor, bekerja dg tidak tergantung perbedaan konsentrasi.




Faktor-faktor yg mempengaruhi distribusi obat
1. Ukuran molekul
• Semakin kecil ukuran molekul obat semakin mudah terdistribusi
2. Ikatan obat dan protein
• Meliputi protein plasma, protein jaringan dan eritrosit
• Bentuk ikatan tdr ikatan ion, hidrogen, dipol-dipol, hidrofob menyebabkan kekuatan berbeda antar obat
• Ikatan obat dg protein bersifat reversibel
• Makin besar afinitasnya makin besar kekuatan ikatan
• Ikatan obat-protein tgt sifat kimia obat, pH plasma dan umur. Barbiturat turun ikatannya dlm keadaan asidosis, bayi baru lahir lebih rendah ikatannya
• Ikatan protein mempengaruhi intensitas, lama kerja dan eliminasi obat. Bentuk bebas yg berkhasiat, yg terikat mrp jadangan yg tidak aktif.
• Adanya obat lain dapat mempengaruhi ikatan obat
3. Sifat fisika dan kimia obat
• Obat yg larut lemak akan terkonsentrasi dlm jaringan lemak, obat hidrofil dalam ekstrasel
4. Aliran darah organ
• Sebelum tercapai keseimbangan, semakin tinggi aliran semakin tinggi terdistribusi
• Semakin banyak kapiler semakin banyak mengambil obat
5. Fisiologi membran masing-masing organ
• Senyawa diekskresi oleh empedu ke usus 12 jari akan direabsorpsi kembali (siklus enterohepatik)
• Senyawa basa yg terdifusi dari darah ke lambung direabsorpsi oleh usus halus (siklus enterogaster)
• Plasenta bersifat permeabel terhadap obat, karena banyak pori dalam plasenta.
6. Perbedaan pH plasma dan jaringan
• Menentukan obat bebas dab obat terikat shg akan mempengaruhi distribusinya

DOSIS OBAT YANG SERING DIGUNAKAN



eritropoesis

Sesuai fungsinya sumsum tulang dapat dibagi dalam beberapa sistem/kelompok sel :

1. Kelompok sel induk pluripotensial + multipotensial

2. Kelompok sel induk unipotensial atau bipotensial + sel-sel yang berdiferensiasi

3. Sistem pengatur pertumbuhan (menstimulasi proliferasi set)


Dalam sumsum tulang yang aktif memproduksi sel darah terdapat dua sistem yaitu

1. stroma sumsum tulang

2. sinusoid.

Sel yang berperan dalam hemopoesis mengambil tempat dalam stroma sumsum tulang, hanya sel yang sudah matang masuk dalam sinusoid dan terus ikut dalam aliran darah masuk ke dalam sirkulasi darah. Sel yang belum matang pada

prinsipnya tetap tinggal dalam stroma sumsum tulang.


“Eritropoesis”

o Proses eritropoesis dimulai sel induk multipotensial, kemudian terbentuk sel-sel induk unipotensial yang masing-masing membentuk satu jenis sel misalnya eritrosit. Proses pembentukan eritrosit ini disebut eritropoesis.

o Dalam keadaan normal 20% dari sel sumsum tulang yang berinti adalah sel berinti pembentuk eritrosit.

o Sel berinti pembentuk eritrosit ini tampak berkelompok-kelompok dan tidak masuk ke dalam sinusoid.

o Baru pada tahap retikulosit (tak berinti lagi) sel-sel ini menjadi lebih bebas satu sama lain dan dapat masuk ke dalam sinusoid untuk terus masuk dalam aliran darah.

o Sel induk unipotensial yang committed akan mulai bermitosis sambil berdiferensiasi menjadi sel eritrosit bila mendapat rangsangan eritropoetin.

o Selain merangsang proliferasi sel induk unipotensial, eritropoetin juga merangsang mitosis lebih lanjut sel promonoblas, normoblas basofilik dan normoblas polikromatofil. (Biasanya diperlukan 3­5x mitosis untuk mengubah proeritroblas mencapai tahap terakhir dari sistim eritropoesis yang masih berinti.)


Dengan sekali rangsangan maka proliferasi dan pematangan eritroblas akan berlangsung selama 7 hari dan selanjutnya akan berhenti dalam 2­3 minggu. Bila dirangsang lagi atau kadar eritropoetin yang diberikan cukup banyak, maka pada hari ke 8­10 akan terjadi pembentukan koloni baru lagi.


Ada dua proses yang memegang peranan utama dalam proses pembentukan eritrosit dari sel induk unipotensial :

1. pembentuk deoxyribonucleic acid (DNA) dalam inti sel

2. pembentuk Hb dalam plasma eritrosit


Pembentukan DNA dalam inti sel

Agar mitosis dapat terjadi, inti sel yang akan bermitosis terlebih dahulu harus membentuk DNA yang diperlukan untuk membentuk 2 pasang kromosom yang masing-masing kemudian akan berada dalam inti sel hasil mitosis.


(Bila pembentukan DNA ini mengalami hambatan maka walaupun pembentukan Hb dalam plasma telah cukup, mitosis tidak mungkin terjadi dan akan mengalami "penundaan" sampai jumlah DNA yang diperlukan tercapai)


Untuk pembentukan DNA ini diperlukan dua katalisator yang memegang peranan amat penting yaitu vit. B12 dan 2) asam folat.


Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Karena pada saat yang bersamaan pembentukan hemoglobin berjalan terus, akan terjadi disproporsi antara besar dan bentuk inti dengan ukuran sitoplasma. Akhirnya terbentuk sel eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan anemia (makrositosis). Di samping itu sel eritrosit berinti yang terdapat dalam sumsum tulang cepat hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai bentuk eritrosit matang.

Dalam keadaan normal dibutuhkan sekitar 100-400 ug B12 dan sekitar 1500 ug asam folat sebulan untuk mempertahankan jumlah eritrosit yang normal


Pembentukan Hemoglobin dalam sitoplasma sel

Pembentuk sitoplasma sel dan hemoglobin (Hb) terjadi bersamaan dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel. Seperti dikemukakan sebelumnya Hb merupakan unsur terpenting dalam plasma eritrosit. Molekul Hb terdiri: globin, protoporfuin dan besi (Fe).


o Globin dibentuk sekitar ribosom

o Protoporfirin dibentuk sekitar mitokondria.

o Besi didapat dari transferin.


Pada permulaan sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin. Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk pembentukan Hb dapat disebabkan oleh rendahnya kadar Fe dalam darah.


Hal ini dapat disebabkan oleh:

1. kurang gizi

2. gangguan absorbsi Fe (terutama dalam lambung)

3. kebutuhan besi yang meningkat akan besi (kehamilan, perdarahan

dan sebagainya).


Penyebab ketidak berhasilan eritrosit berinti untuk mengikat besi dapat juga disebabkan oleh rendahnya kadar transferin dalam darah. Hal ini dapat dimengerti karena sel eritrosit berinti maupun retikulosit hanya memiliki reseptor transferin bukan reseptor Fe.


Perlu diketahui bahwa yang dapat terikat dengan transferin hanya Fe elemental dan untuk membentuk 1 ml packed red cells diperlukan 1 mg Fe elemental.


Gangguan produksi globin hanya terjadi karena kelainan gen (Thalassemia, penyakit HbF, penyakit Hb C, D, E, dan sebagainya). Bila semua unsur yang diperlukan untuk memproduksi eritrosit (eritropoetin, B , asam folat, Fe) terdapat dalam 12 jumlah cukup, maka proses pembentukan eritrosit dari pronormoblas s/d normoblas polikromatofil memerlukan waktu 2-4 hari.


Selanjutnya proses perubahan retikulosit menjadi eritrosit memakan waktu 2-3 hari; dengan demikian seluruh proses pembentukan eritrosit dari pronormoblas dalam keadaan "normal" memerlukan waktu 5 s/d 9 hari.


Bila diberikan obat anti anemik yang cukup pada penderita anemia defisiensi maka dalam waktu 3-6 hari kita telah dapat melihat adanya kenaikan kadar retikulosit; kenaikan kadar retikulosit biasanya dipakai sebagai patokan untuk melihat adanya respon pada terapi anemi.


Perlu diketahui bahwa diperlukan beberapa jenis enzim dalam kadar yang cukup agar eritrosit dapat bertahan dalam bentuk aktif selama 120 hari. Kekurangan enzim-enzim ini akan menyebabkan eritrosit tidak dapat b’tahan cukup lama dan menyebabkan umur eritrosit tadi kurang dari 120 hari.


Ada dua enzim yang berperan penting yaitu:

1) piruvat kinase,

2) glukose 6-fosfat dehidrokinase (G6PD).


Anemia karena defisiensi ensim piruvat kinase hanya dapat diobati dengan transfusi eritrosit. Penderita dengan defisiensi G6PD akan mengalami hemolisis bila mendapat obat-obat tertentu terutama

1. obat anti malaria (quinine, primaquine dan sebagainya)

2. golongan sulfa

3. golongan salisilat

4. fenasetin

5. derivat vitamin K

6. nitrofurantoin dan sebagainya.


Obat-obat tadi harus dihindari sejauh mungkin pada penderita defisiensi G6PD. Defisiensi kedua ensim tadi disebabkan oleh karena adanya kelainan gen dalam kromosom.