Mengenai Saya

Foto saya
bayu adalah seorang yang sangat menyukai suatu tantangan tertentu, tapi terkadang malas, wlopun begitu saat bayu punya suatu tekad, dia akan menjalankannya dg 100% dan dg semangad membara......

Selasa, 10 November 2009

Penggunaan obat yang rasional

Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat, serta meresepkan obat tersebut dengan dengan dosis, cara, interval serta lama pemberian yang tepat.

Darmansyah (1996) mengemukakan bahwa rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang manfaatnya jelas terlihat dapt dapat diramalkan (evidence based therapy) . Manfaat tersebut dinilai dengan menimbang semua bukti tertulis hasil uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksana.

Menimbang manfaat dan resiko tidak selalu mudah dilakukan Graham-Smith dan Aronson (1992), mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati, efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin timbul, serta efektivitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti. Semakin parah suatu penyakit, semakin berani mengambil resiko efek samping, namun bila efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari penyakitnya sendiri mungkin pengobatan tersebut perlu diurungkan. Semakin remeh suatu penyakit, semakin perlu bersikap tidak menerima efek samping.

Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang disajikan menjadi amat penting dalam masalah ini. Biasanya dalam pedoman pengobatan, pilihan obat yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan utama (drug of choice), pilihan kedua, dan seterusnya.


PENGOBATAN RASIONAL
Mengapa diperlukan pengobatan rasional ?
Pengobatan yang tidak rasional dapat menyebabkan :
• Pengobatan yang tidak aman
• Kambuhnya penyakit
• Masa sakit memanjang
• Membahayakan dan menimbulkan kekhawatiran pasien
• Membengkaknya biaya

Pengertian rasional itu sendiri menurut WHO adalah :
• sesuai dengan keperluan klinik
• dosis sesuai dengan kebutuhan pasien
• diberikan dalam jangka yang sesuai
• dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya
Dalam konteks biomedis, P.O.R mempunyai kriteria :
• Tepat diagnosis
• Tepat indikasi
• Tepat pemilihan obat (khasiat, keamanan, mutu, biaya)
• Tepat dosis, cara dan lama pemberian
• Tepat penilaian terhadap kondisi pasien
• Tepat peracikan dan pemberian informasi
• Kepatuhan pasien
• Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut
• Penggunaan obat yang rasional memberi perhatian penting kepada pemberian antibiotika, ada tidaknya poli-farmasi serta pemberian injeksi.
Contoh penggunaan obat yang tidak rasional dan harus dihindarkan antara lain
• Penggunaan obat dimana terapi obat tidak diindikasikan, misal antibiotika untuk ISPA ringan, diare
• Pemilihan obat yang salah untuk indikasi tertentu, misal tetrasiklin untuk infeksi streptokokus faringitis anak
• Penggunaan obat dengan indikasi meragukan dan status keamanan yang tidak jelas
• Cara pemberian yang salah
• Penggunaan obat mahal walaupun alternatif obat yang aman, efektif dan lebih murah tersedia.

Secara umum dan dalam konteks yang lebih luas penggunaan obat yang tidak rasional dapat memberi dampak ; terjadinya pemborosan biaya dan anggaran masyarakat, resiko efek samping dan resistensi, ketersediaan obat kurang terjamin, mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk, memberikan persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat.


LANGKAH-LANGKAH MENERAPKAN PENGGUNAAN OBAT SECARA RASIONAL

WHO action programme on essential drugs (1994), mengemukakan bahwa untuk menetapkan penggunaan obat secara rasional perlu dilalui serangkaian langkah yaitu :
1. menentukan masalah pasien
2. menetapkan tujuan pengobatan
3. memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih serta meneliti efektivitas dan keamanannya
4. membuat resep
5. memberi informasi, instruksi, hal-hal yang perlu diwaspadai
6. melakukan monitoring


ad.1. Menentukan masalah pasien atau melakukan diagnosis.
Merupakan dasar dari tindakan pengobatan rasional. Diagnosis dibuat atas dasar fakta yang ditemukan dari suatu urutan yang logis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan.
Menurut Darmansyah (1996), dalam praktek sehari-hari sering diagnosis sudah dibuat sebelum semua fakta terkumpul, malah sering pula tidak dapat dibuat atau baru dibuat setelah beberapa waktu bila gejala penyakit berkembang. Dalam proses membuat diagnosis ini terletak kesulitan pertama yang mengakibatkan pengobatan lebih ditentukan oleh kebiasaan daripada deduksi ilmiah rasional. Bila diagnosis belum dapat ditentukan sering dipikirkan berbagai kemungkinan diagnosis atau differensial diagnosis yang kemudian diobati, sehingga pengobatan diberikan secara polifarmasi untuk menutupi berbagai kemungkinan tersebut. Selain itu seringkali diagnosis sulit dibuat karena pasien tidak mampu membayar pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

ad.2. Menetapkan tujuan pengobatan
Sebelum memilih pengobatan harus lebih dahulu ditetapkan tujuan terapi. Apa sebetulnya yang ingin dicapai. Menguraikan tujuan pengobatan merupakan cara yang baik untuk menyusun pola berpikir, melakukan konsentrasi untuk problem sesungguhnya, meminimalkan kemungkinan pengobatan yang perlu dilakukan sehingga pilihan akhir lebih mudah ditentukan. Menguraikan tujuan pengobatan mencegah penggunaan obat yang tidak perlu.

ad.3. Memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih
Setelah menetapkan tujuan pengobatan, jika memang dibutuhkan obat untuk mengatasi masalah, perlu diperiksa apakah obat yang dipilih sesuai dengan kondisi pasien. Obat yang dipilih selain harus memenuhi kriteria efektif,aman, nyaman dan terjangkau, perlu disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Langkah pertama melihat pedoman pengobatan yang tersedia, apakah bahan aktif, bentuk sediaan, dosis, cara pemberian dan lama pemberian telah sesuai untuk pasien. Untuk tiap-tiap aspek yang ditelaah, harus dipertimbangkan masalahefektivitas dan keamanannya. Meneliti efektivitas mencakup penelaahan indikasi apakah pengobatan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta kenyamanan bentuk sediaan. Keamanan berkaitan dengan kontra indikasi dan kemungkinan interaksi serta kewaspadaan pada pasien dengan resiko tinggi. Kemampuan melakukan telaahan mengenai masalah tersebut perlu dilihat dari hasil uji klinik yang bermutu. Kajian ini sulit dilakukan, karena itu perlu disediakan informasi yang berisi telaahan efektivitas berbagai obat denan indikasi serupa, beserta kajian keamanannya, juga informasi mengenai biayanya.
Pedoman pengobatan yang tersedia juga terbatas, sebagian besar berisi pedoman tata laksana diagnosis dan tindakan medik yang perlu dilakukan, tetapi tidak mengenai pemilihan dan penggunaan obat.


ad.4 Membuat resep
Resep adalah instruksi dari peresep untuk pemberi obat (dispenser). Setiap negara mempunyai peraturan mengenai standar pembuatan resep. Secara umum resep harus jelas, dapat dibaca dan mencantumkan secara tepat apa yang harus diberikan. Resep seharusnya ditulis dengan nama generik, namun informasi mengenai obat generik hampir-hampir tidak tidak ada yang sampai pada peresep. Selain itu, seringkali juga peresep meragukan mutu obat enerik ini.

a.d.5 Memberi informasi,instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai
Dikatakan 50% pasien tidak menggunakan obat secara benar, tidak teratur, atau tidak menggunakan sama sekali. Penyebab yang paling sering adalah timbulnya efek samping, pasien tidak merasakan manfaat obat, atau cara penggunaan yang rumit terutama bagi orang tua. Untuk meningkatkan ketaatan pasien, perlu dilakukan pemilihan obat dengan benar, membina hubungan baik dokter-pasien serta menyediakan waku untuk memberi informasi/instruksi/peringatan. Pemberian informasi ini masih jauh dari harapan karena dianggap memakan waktu.

a.d.6 Melakukan monitoring
Dengan monitoring dapat ditentukan apakah pengobatan memberi hasil seperti yang diharapkan. Atau perlu dilakukan tindak lanjut. Bila penyakit telah sembuh obat perlu dihentikan, bila penyakit belum sembuh tetapi terapi efektif tanpa efek samping pengobatan dapat dilanjutkan, bila timbul efek samping perlu ditelaah kembali obat yang diberikan. Bila terapi tidak efektif perlu dipertimbangkan kembali diagnosis yang telah dibuat, obat yang dipilih, apakah dosis dan cara penggunaannya telah sesuai, dan apakah cara monitoring telah tepat.


UPAYA IMPLEMENTASI PENGOBATAN RASIONAL
Menurut Nierenberg dan Melmon (2000), dunia kedokteran belum sepenuhnya menerima tantangan untuk memperbaiki penggunaan obat karena sebagian besar pasien ternyata memperlihatkan perbaikan, sebagian besar obat mempunyai batas keamanan (margin of safety) yang luas, banyak penyakit yang bersifat self limiting dan masalah yang timbul karena penggunaan obat seringkali dapat ditimpakan pada penyakit yang diobatinya.






Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerasionalan pengunaan obat yaitu :
1. Upaya regulasi
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan berperan dalam pengaturan yang dapat mendukung penggunaan obat yang rasional
2. Upaya pendidikan
Pengajaran penggunaan obat rasional dalam kurikulum Fak.Kedokteran. Bagi para dokter dapat diberikan post service training melalui berbagai program pelatihan dan penyegaran mengenai penggunaan obat rasional. Pendidikan dan pelatihan juga diberikan bagi petugas pelayanan kesehatan lain serta masyarakat.
3. Upaya manajerial
Dalam upaya ini termasuk pembentukan Komisi farmasi dan Terapi (KFT) di RS, Penetapan daftar Obat Essensial, penyusunan pedoman pengobatan.



Upaya diatas dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pendidikan dan pelatihan P.O.R
Pelatihan/pengajaran farmakologi klinik yang tidak adekuat menghasilkan praktek peresepan yang tidak rasional. Karenanya pendidikan dan pelatihan P.O.R perlu dilakukan.

2. Pendidikan Berkelanjutan dan supervisi
Pendidikan berkelanjutan, supervisi dan telaah kritis mengenai peresepan dapat mendukung pengobatan rasional. Sangat sedikit kesempatan untuk penelaahan rutin kebiasaan peresepan dan sedikit kesempatan untuk mempelajari obat baru dari sumber yang tidak bias. Kegiatan penelitian dan pengembangan menyebabkan pengetahuan juga bertambah baik mengenai pengobatan yang telah ada maupun pengenalan pengobatan yang sama sekali baru. Untuk menjamin bahwa pengetahuan ini dapat memberi manfaat bagi pasien, perlu dilaksanakan program pendidikan berkelanjutan.

3. Pengaturan promosi industri obat
Aktivitas promosi yang dilakukan oleh pabrik obat mengenai produk-produk khusus menghasilkan peresepan yang tidak rasional dan mahal.
Pengobatan rasional menghadapi problem besar karena informasi yang tidak seimbang, bias dan tidak etis yang disampaikan oleh pabrik obat. Diamati pula bahwa ada insentif yang besar bagi dokter yang dimasukkan dalam biaya promosi untuk menjamin loyalitas. Menurut laporan CIC (1991), sejumlah industri farmasi membuat kontrak dengan para dokter untuk selalu menggunakan produk mereka dalam peresepannya. Direkomendasikan untuk memberikan informasi obyektif sesuai kebutuhan yang diikuti dengan sistem untuk melakukan auditnya. Tidak adanya kontrol terhadap bahan promosi yang diberikan langsung kepada dokter dan imbalan yang rendah yang diterimadokter pemerintah, mengakibatkan pengaruh insentif yang menarik dari industri lebih berpengaruh ketimbang kebutuhan rasional pasien

4. Penyusunan dan revisi berkala pedoman pengobatan
Umumnya pedoman yang tersedia lebih pada pedoman tata laksana diagnosis dan tindakan medik. Bila ada pedoman, seringkali sudah kedaluarsa. Seharusnya pedoman pengobatan berisi terapi yang paling efektif, aman,dengan biaya yang paling menguntungkan, dan disusun secara nasional dengan konsensus dari berbagai kelompok profesi multi disiplin.

5. Drug surveillance
Perlu dilakukan drug surveillance untuk memberikan data pendukung pengobatan asional serta menimbulkan keyakinan pada peresep, apalagi bila mereka dilibatkan secara langsung.

6. Informasi obat
Informasi yang obyektif, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang terpercaya berdasarkan uji klinik yang memenuhi standar. Perlu dibuat terbitan berkala/buletin yang berisi antara lain informasi obat generik, mutu obat generik, telaahan efektivitas dan keamanan berbagai obat untuk indikasi yang sama, dan telaahan harga obat untuk terapi yang serupa. Informasi harus meningkatkan kesadaran mengenai biaya pengobatan. Profesi dapat memprakarsai penerbitan informasi ini bersama pihak terkait.

7. Monitoring dan evaluasi
Evaluasi disertai umpan balik yang dilaksanakan secara berkesinambungan memberi dampak positif terhadap pengobatan rasional. Penerapan konsep obat esensial dan obat generik di fasilitas kesehatan publik perlu diperkuat melalui monitoring dan evaluasi penggunaan obat serta pengendalian suplai obat. Monitoring dan evaluasi dapat meningkatkan ketaatan pada berbagai ketentuan dan pedoman yang berlaku

8. Pemberdayaan KFT
KFT atau komisi sejenisnya perlu dibentuk dan diupayakan agar dapat melaksanakan fungsinya dalam mencermati penggunaan obat dan kerasionalan pengobatan

9. Ketersediaan sumber daya
Untuk upaya seperti informasi obat, drug surveillance, pemasaran obat generik yang mendukung peresepan obat rasional, perlu didukung ketersediaan sumber dana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar